Selasa, 30 April 2024

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 3)

 Kumpulan Dzikir Asma;ul Husna

Yang Merupakan Bagian Dari

SIFAT ALLAH YANG MAHA TUNGGAL

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 1)

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 2)


1. Al Wahid ( الواحد ) = Maha Esa

Hakikat sifat tunggal bagi Allah:

* Yang awal bagi Maha Tunggal

* Tak ada dua bagi-Nya

* Tak ada sekutu bagi-Nya (16:21)

* Tak ada yang serupa dengan-Nya (42:1)

* Tak ada yang mendahlui wujud azali-Nya

* Maha suci Allahyang maha mulia dan maha agung dari semua ucapan orang-orang yang dzalim

* Ibroh:

- Beribadah disertai keyakinan tauhid

- Beribadah semata-mata mencari ridho-Nya

- Beribadah dengan ikhlas dan penuh syukur

- Jangan terpedaya dengan banyaknya manusia yang mengerjakan amal-amal ibadah tetapi sia-sia karena tidak mentauhidkan-Nya.

- Hindari terlalu banyak menuntut

- Hendaknya memiliki kelebihan dan keistimewaan pada amal.


2. Al-Fardu ( الفرد ) = Maha Tunggal

* Banyak pengertian dan pemahaman isim ini

* Allah maha tunggal, tidak berpasangan, tidak beranak, dsb.

* Allah berhak melakukan kehendak-Nya

* Allah menciptakan makhluk dengan sifat dan rupa yang berbeda-beda. Bayangkan kalau semua dibuat sama!

* Allah menentukan aturan khusus danhukum-hukum untuk ditaati manusia.


3. Al Witru (الؤثر ) = Maha Ganjil

* Semakna dengan Al Wahid, Al Fardhu

* Disebutkan dalam beberapa hadits ( isim al witru)


4. AL-Kafi ( الكافى ) = Maha Mencukupi

* Segala bentuk pemenuhan kebutuhan hidup makhluk berasal dari-Nya.

* Cukup Allah yang menjadi penjaga dan pemelihara hamba-Nya

* Ibroh:

- Memahami bahwa tidak ada yang mampu mencegah dan menghilangkan kesulitan dan bencana kecuali Allah.

- Beribadah, berharap dan bergantung hanya kepada Allah


5. Al-Aliyyu ( العلي ) = Maha Tinggi

* 87:1/ 2:155

* Maha tinggi dengan sifat-sifat keagungan dan keluhuran-Nya

* Orang-orang yang berdak'wah (nabi/da'i) mendapatkan kedudukan yang tinggi diantara malaikat karena mengajak orang-orang menuju Allah (2:253)

* Ibroh: berusaha menggapai kedudukan tinggi di sisi Allah dengan beriman, berilmu, beribadah, berakhlak, beramal.


6. Rofi'uddarojat ( رفيع الدرجات ) = Maha memiliki derajat yang tinggi (40:15)

* Isim ini bermakna perpaduan dari isim Al Jalil (Maha Agung), Al Aliyya (Maha Tinggi), Al Aziz (Maha Kuat).

* Allah meninggikan derajat para wali-Nya (12:76)

* Hanya Dia yang berhak ditinggikan dengan pujian dan sanjungan.

* Ibrah: Mengharap ditinggikan derajat dengan cara mengerjakan amalan wajib dan memperbanyak amalan sunnah:

- menyempurnakan wudhu di cuaca dingin

- shalat di masjid (memperbanyak langkah)

- menantikan shalat berikutnya

- memperbanyak sujud (sholat sunnah) ---> disukai Allah


7. Dzul Ma'arij ( ذؤالمعارج ) = mempunyai tempat naik (70:3)

* Menguasai semua tempat dan mengatur semua urusan.

* Al-Ma'arij = tempat naik para malaikat.

* Ibrah: hendaklah memperbanyak amal yang akan dibawa oleh malaikat.


8. Dzul 'Arsyi ( ذؤالعرش ) = Yang mempunyai 'Arsy (40: 15/ 85: 14-15

* Isim ini juga merujuk pada makna ketinggian atau yang bersifat tinggi

* Arsy adalah makhluk yang sangat agung, mulia, tinggi dan tidak ada mkhluk yang berada di atasnya.


KAIDAH-KAIDAH DALAM SIFAT-SIFAT ALLAH

(Syaikh M. Shalih al Utsaimin)

1. Sifat-sifat Allah merupakan sifat-sifat yang maha sempurna berdasarkan dalil naqli, dalil aqli yang bersifat logis dan berdasarkan fitrah (16:60/ 21:66-67/ 17:36)

2. Ruang lingkup sifat-sifat itu lebih luas daripada ruang lingkup 'asma, karena setiap isim (nama) lebih inklusif daripada sifat, juga karena sifat-sifat itu berkaitan dengan perbuatan (af'al) Allah.

3. Sifat Allah terbagi menjadi dua:

a. Yang telah ditetapkan (tsubutiyyah)

b. Yang berlawanan (salbiyyah) ----? ditolak/ sifat mustahil

4. Sifat-sifat yang telah ditetapkan merupakan hal-hal yang terpuji dan sempurna.

5. Sifat yang telah ditetapkan terdiri dari sifat-sifat dzat (dzatiyah) dan sifat-sifat perbuatan (fi'liyah)

6. Penetapan sifat-sifat itu pada lazimnya untuk menghilangkan hal-hal yang perlu diwaspadai secara krusial, misalnya: menghilangkan sifat keserupaan.

7. Sifat-sifat Allah merupakan sesuatu yang telah ditetapkan  secara baku, dan didalamnya tidak ada ruang akal manusia untuk mencampurinya. Mengikuti apa kata AQ dan Hadits.


Bersambung ke 

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 4)

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 5)


Senin, 29 April 2024

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 2)

 Kumpulan Dzikir & Asma'ul Husna

yang Merupakan Bagian dari

SIFAT ALLAH YANG MAHA PENCIPTA

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 1)


1. Syai-un شيء ) = Yang Ada (6:19)

* Sifat pertama/awal dari sifat-sifat yang ditetapkan

* Allah itu ada

* Isim ini tidak disebutkan dalam AH yang ditetapkan, bukan karena rendah kedudukannya dibanding isim-isim lain yang telah ditetapkan itu.

* Ada sekelompok ulama yang melarang memberi nama Allah dengan ini.


2. Al-Maujud ( المؤ جؤد ) = Maha ada (24:39)

* Nama hakikat dari setiap dzat yang ada wujudnya.

* Sebagian ulama tidak sepakat dengan nama ini.

* HR. Muslim: Allah berada di sisi orang sakit, lupa, haus. ("Mengapa engkau tidak menjengukku...?")


3. Al-Ma'bud ( المعبؤد ) = Maha disembah (13:15)

* Isim ini tidak disebut dalam hadits, namun fi'ilnya terdapat di beberapa ayat AQ.

* Dia berhak dipuja n dipuji dengan segala bentuk penghormatan dan pengagungan.

* Yang menentangnya berarti kafir dalam akidah dan ucapannya (13:15/ 43:87)

* Jika dalam situasi dan kondisi tertentu seseorang masih sebagai hamba Allah, dia tidak disebut kafir, cukup baginya sebutan "orang yang tidak taat" atau "orang yang durhaka" sebab itu pilihan dan kemauannya dalam memenuhi kewajiban  (4:36/ 98:5/ 1:5).


4. Al-Madzkur ( المذكور ) = Maha diingat (2:152)

* Dalam AQ disebut dalam bentuk fi'il

* Dzikir: menggerakkan kesadaran dengan hati kepada yang diingat dan mengingatnya.

* Sesuatu disebut dzikir jika diucapkan dengan lisan dan menunjukkan adanya dzikir hati ----> pengagungan Allah.

* Seseorang tidak akan pernah sampai kepada-Nya kecuali dengan membiasakan dzikir kepada-Nya.

* Dzikir tidak dibatasi waktu dan masa (62:10 / 3:191), "Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung."


5. Al Ka-in ( الكاءن ) = Maha Berada

* Tidak ada dalam AH yang sudah ditetapkan

* Isim Ka-in ini juga bermakna benar-benar ada sebelum adanya sesuatu dan setelah adanya sesuatu.

* Tidakada dalam AQ, ada pada beberapa hadits.


6. Al-Qodim ( القديم ) = Maha Terdahulu

* dari 57:3 ( Al Awal)

* merupakan ijtima' ulama

* Dialah yang keberadaannya tidak mengenal permulaan, keberadaannya azali.

* Dia ada dan tak akan pernah sirna

* Ibrah: keberadaan Allah merupakan eksistensi yang bersifat abadi.

* Jika sifat ini tidak (wajib) diberlakukan, maka tidak mungkin Allah itu lebih terdahulu dalam mendahului segala sesuatu yang baru.

* Cara mengetahui bahwa Allah bersifat Al Qodim:

- I'tibar bahwa semua yang ada di dunia adalah hasil ciptaan-Nya, semua ada karena-Nya.

- Dengan memikirkan keagungan Allah


7. Al Awal ( الاؤل ) = Maha Awal

* Disebutkan dalam AQ (57:3) dan hadits

* Menurut pendapat ulama, makna:

- ada sebelum penciptaan makhluk, tidak ada yang bersama dengannya ketika ada-Nya.

- Dia tidak diciptakan

- segala sesuatu yang ada adalah milik-Nya

- Allah yang maha awal di dalam sifat-Nya

_ Allah yang paling pertama mengutamakan cinta kasih kepada para wali-Nya.


8. Al Akhir ( الاخر )

* ada dalam AQ (57:3) dan hadits

* Makna:

- tidak ada sesuatu pun sesudah-Nya

- keberadaan-Nya tidak mengenal batas akhir

- segala sesuatu akan kembali kepada-Nya

- akhir dari yang akhir: Dia menjadikan sesuatu pasti ada batas akhirnya

- maha akhir dengan qodho dan qodar-Nya

- Dia yang pada akhirnya menampakkan cinta pada wali-Nya dan siksa pada musuh-Nya.

* Orang yang pertama dekat dengan Allah adalah orang yang dahulu beriman kepada-Nya. (56: 10-11)


9. Al Baqi ( الباقي ) = Maha kekal (55:27)

* sifat kekalnya Allah berbeda dengan sebutan kekal untuk selain-Nya.

* disebutkan dalam AQ sebagai bentuk fi'il, juga ada dalam hdits

* disepakati ulama sebagai sifat Allah

* keberadaannya tidak akan pernah sirna, mutlak.

Ibrah:

- semua fana kecuali Allah

- memandang dunia dengan pandangan fana

- bersikap zuhud terhadap gemerlapnya dunia

- mengutamakan harta halal

- berharap pada yang kekal, akherat


10. Ad-Da-im ( الداءم ) = Maha Tetap

* semakna dengan Al Baqi

* eksistensi Allah tidak pernah berubah sampai kapanpun

* kekal dan permanentnya Allah tidak seperti surga dan neraka. Kekalnya Allah bersifat abadi dan azali.

abadi = kekal setelah adanya penciptaan

azali = kekal sebelum adanya penciptaan

kekalnya surga dan neraka bersifat abadi tapi tidak azali.

* ibroh:

1. Istiqomah dalam ibadah, senantiasa memuji dan mengagungkan-Nya, selalu menjalin mahabah dengan-Nya.

2. Beramal sesuai kemampuan walau sedikit, secara terus menerus/tetap (70:23/hadits)


11. Al Abad ( الاءبد ) = abadi

* isim ini disebut dalam hadits


12. Ad-Dahr ( الدهر ) = Maha Menguasai Waktu

* disebutkan dalam hadits

* mengandung makna penafsiran, bukan sebenarnya

* dilarang memaknainya dengan maksur menghubungkannya dengan waktu.

* Allah yang menciptakan waktu, menguasai, mengelola, dan mengatur segala urusan di dalamnya.

* dilarang berandai-andai ---- "kalau"

* hendaknya mengisi waktu dengan kedamaian dan mencari ridha Allah.


13. Al Haqq ( الحق ) = Maha Benar 

* Disebutkan dalam AQ ( 24:25/ 22:6/62/ 10:30/ 6:66/ 20:114) dan hadits)

* Al Haqq: Yang menentukan adanya kebenaran yang harus diterima dan tidak dapat ditolak

* Makna Al Haqq:

- Adalah Allah Swt (23:71/ 22:6)

- Allah, tidak bisa diingkari keberadaan-Nya

- Allah Maha Benar dan mempunyai kebenaran

- kebenaran AL Qur'an (43:29/ 21:18)

- kebenaran Islam (17:81)

- keadilan (24:25)

- hak harta dalam perjanjian hutang (2:282)

- kejujuran (4:122)

- wajib (7:105)

- hak kepemilikan ( 5:107)

- ketetapan ( HR. Ahmad)

* Ibroh:

1. Tidak ada yang paling haq/benar secara mutlak (absolut) kecuali Allah

2. Segala perintah dan larangan-Nya adalah yang haq, harus dilakukan secara berkesinambungan.

3. manusia harusnya senantiasa melakukan semua bentuk ibadah yang merupakan haq-Nya.


14. Al-Mubin ( المبين ) = Maha Menjelaskan

* Allah menjelaskan yang haq, batil, kebaikan, keberkahan.

* Kita wajib merealisasikan segala sesuatu yang dijelaskan dengan cara merenungkan ciptaan-Nya dalam upaya mengenal-Nya dengan segala sifat-sifat-Nya.

* Mengambil hikmah dengan penjelasan dalam ajaran Allah melalui rasul-Nya.


15. Azh-Zhahir (  الظاهر ) = Maha Jelas (66:3)

* Tafsir 39: 63 

 لَّهُۥ مَقَالِيدُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ 

(Milik-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang yang rugi).

( Laa ilaha illallah - Huwallahu akbar - wasubhanallah wabihamdih - astaghfiullah - wa laa haula walaa quwwata illabillahi awwalu wa akhiru yuhyi wayumitu wahuwa 'alaa kulli syaiin qodir (dzikir pagi n sore 10x)

* Makna Adz-Dzahir:

- Maha jelas tanda-tanda kekuasaan-Nya

- Maha Jelas bagi hamba-hamba-Nya

- Maha jelas kekuasaan-Nya

- Maha jelas dan maha tinggi

- Maha jelas diantara yang jelas

- Maha jelas menguasai orang-orang yang menyombongkan diri

- Maha jelas, Dia mengetahui hal-hal lahir maupun batin

* Makna Al Bathin:

- terhijab-Nya/ tersembunyi dari pandangan makhluk

- tidak bisa dibayangkan

- dapat dirasakan keberadaan-Nya dengan mata batin

- dekat dan maha mengetahui

- menciptakan hal-hal batin

- Maha melihat

* Ibrah

1. Allah maha awal & maha akhir; dzahir & bathin -----> harus dipahami dan diyakini

2. Menjaga amal-amal


16. Al Warits ( الؤارث ) = Maha Pewaris 

* 19:40/ 15:23/ 28:58/ 21:105/ 35:32

* menguasakan suatu hal kepada pihak lain (makna lughowi/etimologi)

* Allah masih tetap ada saat para raja lenyap dari bumi

* Semua urusan kembali kepada-Nya

* Sungguh-sungguh beramal sholih untuk mendapatkan warisan surga (7:43)


Bersambung ke 

Rahasia Asma'ul Husna (Bag.3)

Rahasia Asma.ul Husna (Bag. 4)

Rahasia Asma.ul Husna (Bag. 5)




Minggu, 28 April 2024

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 1)

Mengenal Allah melalui Asma'ul Husna.

Belajar dari buku Rahasia Asma'ul Husna hasil karya Imam Al Qurthubi (terjemah/1139 halaman).

(Makna yang terkandung dalam Asma.ul Husna)

(Baca buku: 4 Februari 2021 sd 1 Maret 2021)


HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TEMA:

1. Perintah untuk melakukan ibadah yang ikhlas.

...hanya milik Allah Asma'ul Husna itu. Maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut Asma'ul Husna. (QS. Al A'raf: 180).

2. 99 Asma'ul Husna disebutkan dalam hadits, tetapi tidak dalam Al-Qur'an.

"Sesungguhnya Allah memiliki 99 Asma'ul Husna (seratus kurang satu), barangsiapa menghitung (menghafalnya) maka dia akan masuk surga." (HR. Bukhori/Mus;im/Tirmidzi).

3. Untuk melaksanakan point 1 dan 2, maka diwajibkan untuk mencari ilmu tentang asma'ul husna dan memahaminya.

4. Menghitung (2) yang dimaksud akan mendapatkan surga meliputi: menghitung (untuk berdzikir)+ menghafal + memahami + mengamalkan makna yang tersirat dalam asma'ul husna. 

5. Penjelasan tentang masuk surga (2): pada prinsipnya Allah Swt memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dia membalas banyak/sedikitnya amal dengan imbalan pahala tanpa batas.

6. Pendapat mayoritas ulama: asma Allah digolongkan dalam 4 kelompok:

* Yang menunjukkan nama pelaku

* Yang menunjukkan dzat dan sifat

* Yang menunjukkan dzat dan makna selainnya

* Yang bersifat menolak segala sesuatu yang tidak layak bagi Allah. 

7. Jumhur ulama melarang pintu masuk bagi metode qiyas dalam menentukan asma'ul husna. Hanya berdasarkan nash yang jelas.

8. Ada perbedaan pendapat tentang berapa jumlah yang sebenarnya dari asma'ul husna. Wallahu a'lam. Hadit (2) mengisyaratkan 99 asma'ul husna yang untuk berdzikir dan berdoa.

9. Nama-nama yang boleh digunakan sebagai asma'ul husna terbagi:

* Yang boleh digunakan  untuk memanjatkan doa (99)

* Yang tidak boleh digunakan untuk memanjatkan doa (selain (2))

10. Mayoritas ulama berpendapat:

a. Tidak boleh menyebut asma dan sifat Allah yang di dalamnya mengandung kejahatan yang dilakukan makhluk-Nya.

b. Tidak menyebut Allah dengan nama Mushalli ( yang bersholawat) dengan dalil QS. 33: 43

{ هُوَ ٱلَّذِي يُصَلِّي عَلَيۡكُمۡ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۚ وَكَانَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَحِيمٗا }

Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.

c. Tidak mensifati Allah dengan Ash-Shaim (Yang Berpuasa) karena Allah tidak pernah makan dan minum.

d. Tidak boleh mensifatinya dengan Syai'un (yang berkehendak), Al-Qashid (Yang mempunyai maksud) karena sudah cukup dalam Al Iradah (kehendak).

e. Tidak disifati dengan "arif (yang arif) dan dzakir (yang ingat), cukuplah dengan Al 'Alim (Yang Maha Mengetahui)

f. Tidak dengan nama yang mengandung makna gerak. dsb.

Kesimpulannya: Tidak boleh menamai dan mensifati Allah Swt. kecuali dengan nama dan sifat yang telah ditentukan sendiri oleh Allah, Rasul dan yang telah disepakati mayoritas ulama.

11. Seringkali ada dua isim yang mengandung satu makna, maka satu isim tidak boleh digunakan untuk menamai sifat Allah, sedang isim lainnya boleh digunakan (ada nashnya).

12. Tidak boleh menamai Allah dengan dalil sebab betentangan dengan sifat qadariah.

13. Tidak boleh menamai dengan Iimaanan, karena Allah mensifati diri-Nya dengan Mu'min dan Muhaimin.

14. Tiak dengan Muthi' (Yang Maha Patuh) juga Muhbil (yang menghamili) karena itu mustahil bagi Allah.

15. Dalam mensifati "Dia menciptakan segala sesuatu" (6:101) yang universal, tidak boleh menyebutkan obyeknya secara parsial, misalnya; monyet, pisang, dll.

16. Tidak mensifati Allah dengan Al-Asyiq (yang rindu membara)

17. Tidak melafalkan dzikir kepada Allah dengan makna yang mengandung makna perempuan, juga kata Ad-Dzat".

18. Tidak mensifati dengan Dza'iq ( yang maha merasakan). Allah tidak membutuhkan indra, tidak perlu menyentuh obyek secara langsung, karena itu sifat makhluk.

19. Orang yang tidak alim (bukan ulama) tidak diperkenankan menjadikan suatu sifat bagi Tuhan dengan sifat-sifat yang tidak halal/sah bagi-Nya, sebab dia tidak memahami hakikatnya. Kecuali yang disebutkan Al Qur'an dan Hadits.

20. Allah Swt. berbeda dengan semua makhluk ciptaan-Nya dengan perbedaan yang mutlak. Allah tidak sulit menjalin komunikasi dengan makhluk-Nya, sesuai kehendak-Nya. Allah menentukan secara baku asma dan sifat-Nya, yang tidak boleh dilafalkan oleh makhluk-Nya, kecuali asma dan sifat yang telah diizinkan-Nya.

21. (tidak ada no 21)

22. Allah disifati الخلق (Maha Pencipta) sejak zaman azali, walaupun saat itu belum menciptakan apapun.

23. Nama-nama Allah melekat pada-Nya, maka ia tidak ada pada yang selainnya.

24. Kata asma ( اسم) berasal dari kata ussumuwwu (اسمؤ) yang berarti tinggi, karena nama meninggikan yang diberi nama.

25. Sifat-sifat dzat bukan merupakan sifat yang variatif/terpilih. Sifat itu menyatu dengan dzat.

26. Satu nama terkadang mempunyai bayak pemahaman. Namun tidak perlu diperdebatkan, bahwa dalam nama-nama Allah yang baik, tidak ada sinonim dan setiap nama mempunyai pemahaman khususu.

27. Setiap nama menunjukkan satu sifat yang ditunjukkan oleh satu diantara berbagai segi kebutuhan.

28. Alasan penamaan Allah dengan asma'ul husna: Allah Swt. memuji diri-Nya dengan sesuatu yang menjadi hak dan sifat-Nya yang berupa sifat keagungan dan kesempurnaan.

29. "Apabila and sudah tahu yang bagus dari nama-nama Allah Swt, maka anda harus tahu yang bagus dari nama anda," Ibnul Arabi.Itu sebabnya salah satu hak anak dari orang tuanya adalah memberi nama yang baik.

30. Yang termasuk mengingkari nama-nama-Nya (7:180):

- Membuat perubahan -----> menamakan berhala dengan-Nya.

- Menambah/membuat nama baru-----> menyerupakan.

- Mengurangi sebagian nama-nama Allah -----> jangan berdoa kecuali dengan yang ada di dalam AL Qur'an dan kitab yang lima; Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, An Nasai (Ibnul Arabi)

31. Ada beberapa hadits yang menyeburkan 99 asma'ul husna, tetapi ada beberapa perbedaan, sehingga jika digabungkan, akan lebih dari 99. Terkait dengan (2) menghafal/menjaga 99, tanpa disebutkan apa saja.

32. Asma'ul Husna ada yang disebut dalam Al Qur'an, ada yang dalam hadits. Berapa jumlahnya, terjadi perbedaan pendapat di kalangann ulama:

Abu Abdullah Az Zahabi: 113 (AQ)

Ibnul Arabi: 267 (AQ + H)

Abu Bakar bin Bajan: 130

Imam Al Qurthubi: 146

33. Ali bin Hazm menyatakan, ada 80 nama yang benar tercakup dalam AQ dan Hadit-hadits shahih, hal itu karena dia sulit menyandarkannya/sanadnya.

34. Cakupan "menjaga" Asma'ul Husna:

* Menghitung (72:28)

* Paham

* Mampu mengamalkan

* Menggali dan mempelajarinya

* Menjaga AQ hingga khatam.

35. Menurut ahli fuhum dan isyarat (sufi)---(tidak ada dasar syari'atnya):

99 AH yang terdapat dalam hadits shahih merupakan nama-nama lahir, menghafalnya bernilai ibadah. Darinya (99) ada satu nama yang khusus diketahui oleh para nabi dan para wali. ada satu nama yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Setelah mengetahui nama-nama lahir, ia akan mengetahu nama-nama bathin (yang tersimpan dalam salah satu huruf AQ (ada 14), misalnya Ha Mim). Berikutnya Allah akan menganugerahinya nama Al A'zham, yang jika diucapkan sebagai doa, Allah pasti kabulkan. 99 nama lahir terangkum dalam Hu Wa 

36. Ibnul Hashshar: Akhir wujud perbuatan Allah adalah 99 segi. Setiap segi berkaitan dengan satu di antara beberapa sifat Allah, seperti keterkaitan keahlian dengan ilmu Allah, keistimewaan dengan kehendak Allah, dsb.

37. Kemampuan akal untuk menjelaskan sifat-sifat Allah secara detail sangat terbatas, karenanya tidak ada jalan lain kecuali cenderung dan berpegang pada hadits shohih yang menjelaskannya.

38. Ibnul Hashshar: Sifat wajib bagi Allah di antara sifat-sifat-Nya tidak bisa dijumlahkan dengan angka, dicakup dengan pembatas, di capai dengan ungkapan atau dipatoki dengan isyarat.

Ibnul Arabi: Allah Swt tidak memiliki satu nama atau sifat kecuali diperlihatkan kepada rasul-Nya.

39. Ibnul Arabi: Nama-nama Allah ada 4 macam:

* Nama yang tidak boleh disematkan pada hamba sama sekali (cth. Ar Rahman)

* Nama yang wajib menjadi sifat Allah danboleh menjadi sifat hamba (cth. Al Alim)

* Nama yang benar dalam hak Allah dan salah dalam hak hamba (cth. Al Jabbar)

* Nama ang boleh disematkan pada Allah dan pada hamba (cth. Al Khaliq), namun beda dalamkadar maknanya.

40. Cara ulama dalam menyusun nama-nama Allah berbeda dalam hal: sumber yang diambil, cara memilah/menyusun, dll.

Al Hakim Abu Abdillah Al Husain bin Al Hasan Al Halimi: arti nama-nama Allah terbagi menjadi 5 bagian:

1. Penetapan Allah Swt agar tidak terjerumus ke dalam ta'thil (mengosongkan dan meninggalkan---> mengingkari nama-nama dan sifat Allah yang telah ALlah tetapkan untuk dirinya.

2. Penetapan keesaan Allah agar terhindar dari kemusyrikan.

3. Penetapan bahwa Allah bukan Jauhar atau sifat agar terhindar dari tasybih (penyerupaan).

4. Penetapan bahwa wujud setiap sesuatu selain Allah berasal dari pengadaan dan penciptaan Allah.

5. Penetapan bahwa Allah mengatur apa yang Dia adakan.

Bersambung ke 

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 2)

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 3)

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 4)

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 5)


Rabu, 24 April 2024

Sesat Pikir dan Cacat Logika (bag.2)

 Belajar dari buku karya DR. Fahruddin Faiz  yang berjudul:


Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika

(dibaca mulai 14 Maret 2021)


Catatan sebelumnya ada di Sesat Pikir dan Cacat Logika (bag. 1)


BIAS-BIAS DALAM BERPIKIR ( Cognitive Bias)


Bias Cognitive adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan penyimpulan atau penilaian yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah rasionalitas atau sesat pikir.

Bias Cognitive dapat terjadi antara lain karena keterbatasan kemampuan manusia untuk mengolah informasi atau karena mekanisme mental yang tidak tepat saat merespon informasi  


JENIS BIAS COGNITIF:


1. Action Bias (AcB)

Hanya melihat tindakan yang sudah diambil, namun tidak melihat ketepatan, fungsi dan efektivitasnya.

Contoh:

"Yang penting kerja."

"Yang penting sudah berusaha, hasilnya bisa dimaklumi."

Catatan:

Dari sisi psikologis, memang terdapat kecenderungan untuk menganggap lebih baik melakukan a pa saja dibanding diam saja, saat menghadapi ketidakpastian.

Semua problem kemanusiaan berawal dari ketidakmampuan manusia untuk duduk diam di kamar sendirian. di rumah belajar. (Blaise Pascal)


2. Assosiation Bias (AsB)

Menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, padahal sebenarnya tidak berhubungan.

Contoh:

"Setiap kali menggunakan baju putih saat ujian, aku pasti lulus dengan nilai yang memuaskan."

"Setiap kali tidur di atas jam 12 malam, esok harinya pasti mendengar berita baik."

Catatan:

AsB sebenarnya dimiliki manusia secara alami, meskipun demikian, berpotensi mudah menciptakan pengetahuan palsu.

Dunia periklanan memanfaatkannya dengan menciptakan hubungan yang absurd antara produk dan emosi.


3. Availability Bias (AvB)

Menciptakan suatu gambaran tentang sesuatu dengan menggunakan contoh-contoh yang lebih mudah muncul dalam pikiran. Hal ini tentu konyol/absurd, karena realitas tidak tergantung kepada apakah kita lebih mudah mengingatnya atau tidak.

sesuatu yang diulang-ulang akan emnampil di pikiran kita.

contoh:

"Merokok tidak apa-apa untuk kesehatan, buktinya kakekku menghabiskan 3 pak/hari dan usianya sampai 90 tahun."

"Jakarta itu aman. Temanku tinggal di sana, rumahnya tidak pernah kemalingan, walau tidak dikunci."

Untuk melawan AvB, pikiran kita harus terbuka juga terhadap kemungkinan-kemungkinan lain yang berbeda dengan yang selama ini kita yakini.

Pikiran itu tidak seperti bejana untuk dipenuhi, namun seperti api untuk dinyalakan.(Plutarck)


4. Kausalitas tidak sama dengan Korelasi

Kausalitas: sebab akibat; sesuatu yang awal menjadi sebab bagi sesuatu selanjutnya.

Korelasi: hubungan; tidak semua korelasi itu kausalitas

contoh:

Rangking --- punya banyak buku

Pandangan : seorang pelajar akan mendapat rangking atas kalau di rumahnya ada banyak buku.(kausalitas)

Logikanya: Orangtua yang terpelajar biasanya lebih menghargai ilmu, diantara cirinya: meliliki banyak buku di rumahnya. (korelasi)

Jadi, tingginya ranking bukan karena banyaknya buku yang dipunya, tapi perhatian orang tua yang terpelajar terhadap perkembangan pendidikan anaknya.

Berpikirlah untuk dirimu, dan biarkan orang lain menikmati hal sama melakukannya. (Voltaire)

 

5. Seolah lebih masuk akal (Conjunction Fallacy)

Manusia cenderung lebih tertarik dengan segala hal yang "lebih harmonis" atau lebih masuk akal, padahal mungkin isinya sama. Kondisi spesifik lebih memungkinkan daripada kondisi umum.

konjungsi = hubungan.

contoh:

1. Bandara ditutup sehari. Semua penerbangan dibatalkan.

2. Bandara ditutup sehari, karena cuaca buruk, semua penerbangan dibatalkan.

Fakta: Biasanya kita memilih (2) karena lebih masuk akal.


6. Efek Perbandingan (EP)

Kita menganggap sesuatu itu mahal karena membandingkan dengan yang murah. Juga dalam hal cantik, besar, luas, tinggi, dll.

EP sering dimanfaatkan oleh para penjual dengan program diskon dan bonus.

Setiap orang dapat melakukan keajaiban. Setiap orang dapat mencapai tujuannya, kalau ia mampu berpikir, mau menunggu dan siap berproses.(Hermann Hesse)


7. Engkau seperti Aku

Berdasarkan penelitian, setiap orang suka jika bertemu dengan orang yang penampilannya menarik, mirip dengan kita dalam gaya, hobi, minat juga asal usulnya dan dia menyatakan suka kepada kita.

Manusia berhenti berpikir saat mereka berhenti membaca. (Denis Diderot)


8. Wajah manusia di planet Mars

Otak manusia memiliki kecenderungan mencari "pola" dan "aturan" sesuai hal-hal yang ada dalam pikirannya. Dalam merumuskan "pola" kita cenderung over sensitif.

contoh:

* Ada lafadz Allah di awan

* Ombak bertuliskan ayat Al Qur'an

Percaya itu mudah, namun berpikir itu sulit. Berpikir tentang mengapa kita percaya, itu lebih sulit.lagi. (Erik Pavernagie)


9. Framing

Bukan apa yang engkau katakan namun bagaimana engkau mengatakannya.

Kalau satu pesan bisa disampaikan dengan beberapa cara, maka ia juga akan diterima dengan beberapa cara.

Sadarilah: apapun yang kamu komunikasikan pasti mengandung framing dan segala hal yang kamu terima tidak akan bersih dari efek framing.


10. Halo Effect

Satu aspek (misalnya kecantikan, status sosial, umur)memunculkan kesan positif atau negatif, biasanya akan dijadikan dasar untuk menilai semua aspek yang lain secara keseluruhan.

Contoh:

Cantik----> baik, jujur, pintar sukses.

Seorang artis cantik dijadikan model iklan untuk berbagai produk.

Tato------> preman, kriminal.

Halo Effect menghalangi pemahaman kita yang sejati atas realitas.

Untuk menghindarinya: 

- bergerak melampaui yang kelihatan

- membiasakan berpikir tanpa melakukan over generalisasi

- telaah mendalam dan komprehensif atas satu peristiwa, seseorang atau sesuatu.

Sebagian besar kesalahan dalam berpikir terjadi karena ketidaktepatan persepsi, bukan karena kesalahan logika. (Edward de Bono) 


11. Haruskah Berakit-rakit ke hulu?

Tidak setiap situasi cocokdengan peribahasa ini. Kalau memungkinkan, mengapa tidak?

* masalah selesai tanpa ada yang dikorbankan.

* masalah selesai tanpa harus bersusah-susah dahulu.

* pengobatan yang menyenangkan

* bahagia di dunia sekaligus di akhirat


12. Ilusi Kontrol

Contoh: 

* Saat di lift kita merasa tenang karena ada tombol emergency

* Saat melakukan dosa kemudian gelisah, namun kemudian tenang karena teringat bahwa Allah Maha Pengampun.

Manfaat cara berpikir Ilusi Kontrol  adalah mendukung kita untuk bersikap tenang, tidak mudah panik dan tidak gampang putus asa.

Dalam dosis yang keliru, IK membuat kita sembrono dan tidak waspada. Yang perlu diingatt bahwa dalam hidup ini SEGALANYA BISA TERJADI.


13. Ilusi Ramalan

Banyak informasi yang bersifat ramalan membombardir kita, terutama di media.

Menghadapinya: santai.

Pertanyakan 2 hal ini:

1. Keuntungan apa yang diperoleh siperamal?

- dia bekerja untuk siapa?

- apakah dia sedang butuh meningkatkan kredibilitasnya?

- apakah dia orang yang membutuhkan popularitas?

2. Selama ini, seberapa kualitas kebenaran omongannya? Berapa % kebenarannya?

Berpikir jernih itu lebih memerlukan keberanian dibandingkan kecerdasan.(Thomas Sease)


Manusia tidak lain merupakan produk pikirannya. Apa yang dia pikirkan, menjadi seperti itulah dirinya. (Mahatma Gandhi)


14. Ilusi Model Iklan

Kita digiring untuk berpikir bahwa, kecantikan model iklan karena produk yang digunakan/diiklankan.. Faktanya: karena dia, maka dia yang dijadikan model.

Sebuah kampus dianggap favorit karena lulusannya berkualitas, faktanya ada seleksi ketat saat masuk sehingga mahasiswa yang diterima memang orang berkualitas.


Catatan:

* Kelanjutannya ada di Sesat Pikir dan Cacat Logika (Bag. 3)

* Tulisan ini sekedar catatan pribadi, untuk dibaca dan dipahami, semoga bermanfaat.

* Disarankan tidak copy paste sebagian atau seluruh tulisan ini untuk referensi atau publish.

* Untuk dijadikan referensi, sebaiknya membaca bukunya langsung, bisa didapatkan di market place.



Selasa, 23 April 2024

Sesat Pikir dan Cacat Logika (Bag.1)

Belajar dari buku karya DR. Fahruddin Faiz  yang berjudul:


Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika

(dibaca mulai 14 Maret 2021)


PENDAHULUAN


PASAL 1. Manusia adalah binatang yang berakal budi

1. Salah satu pembeda manusia dengan makhluk-Nya yang lain adalah kemampuannya berpikir atau menanggapi kehidupan dengan akal budinya.

2. Logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari cara berpikir yang benar serta mengidentifikasi model berpikir yang sesat dan keliru.


PASAL 2. Barangsiapa yang ingin berpikir runut, jernih dan dapat dipahami, logika adalah kunci.

1. Berpikir runut, jernih dan dapat dipahami adalah dasar dan pondasi kehidupan di bumi.

2. Logika merupakan kajian tentang penalaran (cara berpikir)

3. Target logika: Berpikir yang benar dan membuat orang mampu membedakan antara penalaran yang baik dengan penalaran yang buruk.

4. Atas karunia Allah, manusia secara alamiah memiliki kemampuan  berpikir, tanpa harus sekolah, membaca buku logika atau kuliah filsafat.

5. Kemampuan berpikir akan berkembang dan optimal jika diasah, dilatih dan dipelajari secara serius.


PASAL 3. Logika menunutun manusia berpikir secara dengan benar, menemukan dasar keputusan paling masuk akal dan mendeteksi salah-cacat dalam mengambil kesimpulan.

Berpikir disebut logis jika memuat 3 hal:

- KONSISTEN (tidak ada kontradiksi dalam sistem berpikir)

- JELAS (premis dapat dipahami, prosesnya relevan dan kesimpulannya sesuai.

- UTUH/KOMPREHENSIF (tidak ada variabel yang tidak terpikirkan/tidak masuk dalam argumentasi)


PASAL 4. Logika menjadi penopang kehidupan manusia sepanjang sejarah dalam membangun peradabannya (sejarah logika).

Dua prinsip Aristoteles dalam logika:

- hukum mengecualikan jalan tengah (karena setiap pernyataan, kalau tidak benar, ya salah)

- hukum nonkontradiksi (karena tidak mungkin ada pernyataan yang sekaligus benar dan salah).


PASAL 5. Berpikir juga bisa salah, itulah mengapa kita harus srius belajar logika, juga mengenali jenis kesalahan berpikir.

1. Belajar berpikir yang benar adalah sebentuk terimakasih dan ungkapan syukur manusia kepada Tuhannya.

2. Manusia makhluk tidak sempurna sehingga rentan terhadap salah dan alpa, termasuk dalam berpikirnya.

3. Pikiran mudah: terpengaruhi, tertipu, tersesat, beralih fokus, terdistraksi, tergadaikepentingan, terjerat ambisi, dll.

4. Belajar logika untuk:

- mengasah kemampuan berpikir secara tertib, jelas dan dapat dipahami.

- menjaga agar tidak terjatuh dalam kesalahan-kesalahan berpikir (logical fallacy):

* memahami apa saja bentuk dan jenis cara berpikir yang tergolong keliru

* mendisiplinkan diri untuk tidak terjatuh dalam kesalahan tersebut.

***

Beberapa Istilah yang perlu dipahami:

Proposisi: Kalimat pernyataan yang memiliki arti utuh.

Premis: Proposisi yang digunakan sebagai dasar pemikiran untuk penarikan kesimpulan.

Analitika: Meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar.

Dialektika: Meneliti argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis atau proposisi yang tidak pasti kebenarannya.

Afirmasi: Penegasan

Negasi: Penyangkalan

***


Catatan: 

* Baca juga:

Sesat Pikir dan Cacat Logika (Bag. 2)

Sesat Pikir dan Cacat Logika (Bag. 3)

* Tulisan ini sekedar catatan pribadi, untuk dibaca dan dipahami, semoga bermanfaat.

* Disarankan tidak copy paste sebagian atau seluruh tulisan ini untuk referensi atau publish.

* Untuk dijadikan referensi, sebaiknya membaca bukunya langsung, bisa didapatkan di market place.



Sesat Pikir dan Cacat Logika (Bag. 3)

Belajar dari buku karya DR. Fahruddin Faiz, yang berjudul:


"Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika"

Sebelumnya:

Sesat Pikir dan Cacat Logika (Bag. 1)

Sesat Pikir dan Cacat Logika (Bag. 2)


BIAS-BIAS DALAM BERPIKIR ( Cognitive Bias)


Bias Cognitive adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan penyimpulan atau penilaian yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah rasionalitas atau sesat pikir.

Bias Cognitive dapat terjadi antara lain karena keterbatasan kemampuan manusia untuk mengolah informasi atau karena mekanisme mental yang tidak tepat saat merespon informasi  


15. Information Bias

Jangan terobsesi untuk mengumpulkan semua data. Lakukan yang terbaik sesuai fakta yang kau hadapi, karena itu akan membantu untuk membuat keputusan lebih baik. Terlalu banyak informasi kadang hanya menghasilkan kesia-siaan dan pemborosan waktu, baik disadari atau tidak.

Halangan terbesar bagi penemuan baru bukanlah ketidak tahuan, namun ilusi pengetahuan. (Daniel J. Boorstin)


16. Jangan Lihat Hasilnya

Kita cenderung menilai sesuatu dari hasilnya, bukan dari prosesnya (outcome bias).

Jangan pernah menilai sesuatu hanya dari melihat hasilnya, khususnya jika sesuatu itu bersifat random(acak) atau ada faktor-faktor lain yang berpengaruh. Hasil yang jelek tidak otomatis mengindikasikan pengambilan keputusan atau proses yang jelek, dan sebaliknya. Uji lebih cermat lagi, baik proses maupun hasilnya, baru diberi penilaian.


17. Jangan Membayar Pegawai per Kasus

Untuk membuat pegawai lebih cepat bekerja sesuai keinginan kita adalah dengan cara memberikan imbalan yang lebih besar bagi yang melakukannya.

Kekeliruan berpikir: incentive-superrespon tendency (charlie Munger): Masyarakat merespon tawaran imbalan dengan melakukan apapun yang akan menghasilkan imbalan paling besar. Cirinya ada dua:

1. Cara berpikir dan prilaku masyarakat bisa sangat cepat berubah saat diiming-imingi dengan imbalan.

2. Yang diperhatikan masyarakat secara umum adalah besarnya imbalan dan bukannya tujuan lain yang lebih esensial dan penting di liar imbalan tersebut.

Kita membaca semesta dengan salah lalu berkata, dunialah yang membohongi kita. (Rabindranath Tagore)


18. Jangan Terikat oleh Sesuatu

Kita sering menganggap sesuatu itu menjadi lebih berharga saat kita memilikinya. Seringkali kita merasa betapa pentingnya, original dan berharganya gagasan kita, padahal selain kita, sudah banyak orang yang menyampaikan gagasan semacam itu, bahkan lebih bagus. Keterikatan emosional ini sering membuat seseorang tidak obyektif dalam menilai sesuatu. Karenanya jangan terikat secara emosional dengan sesuatu. Anggaplah apa yang kita miliki atau apa yang kita hasilkan merupakan anugerah dan titipan Tuhan, yang sifatnya sementara.

Mengetahui kebenaran itu mudah, yang sulit adalah menjadi benar.(Hazrat Inayat Khan)


19. Kebetulan yang tak Terhindarkan

Jangan terlalu takjub dengan fenomena kebetulan. Peristiwa kebetulan itu bukan ajaib, tapi hanya peristiwa yang jarang atau kemungkinan terjadinya kecil. Bisa jadi karena kita tidak pernah memikirnya. Jadi, tidak mengejutkan kalau kebetulan itu benar terjadi.


Semakin jauh masyarakat melenceng dari kebenaran, semakin mereka benci kepada orang-orang yang menyampaikannya.(Goerge Orwell)


20. Kenyataan yang menjadi Dongeng

Saat seseorang melihat sesuatu, biasanya dia tidak berhenti sekedar mengenali, namun juga memahami dan kemudian sekaligus memaknai. Jadi kita tidak pernah berhenti pada fakta, kenyataan, tapi biasanya lebih jauh menyusun dongeng kita sendiri dalam pemaknaan. Dalam media biasanya disebut framing. Model berita seperti cerita, dongeng dan sejenisnya akan lebih menarik otak kita.


Bagi orang yang percaya, penjelasan tidak diperlukan. Bagi orang yang tidak percaya penjelasan tak ada gunanya.(St. Thomas Aquinas)


21. Kembali Biasa (Segression to mean)

Hidup ini dinamis, kadang naik, kadang turun, kadang sehat, kadang sakit. Sangat wajar jika sesekali sedih, sakit, kemudian kembali normal. Sunnatullah.

Hakikatnya kita sehat, tapi karena pengaruh faktor tertentu, kita jadi sakit. Kalau faktor itu hilang, kitapun kembali sehat. Maka dokter yang menjadi awal kembali normal, tidak selalu menjadi sebab kesembuhan.

Contoh:"Setelah aku berobat ke dokter A, penyakitku langsung sembuh"

Manusia tidak ingin mendengarkan kebenaran, sebab mereka tidak ingin ilusi yang mereka buat hancur. (Friedrich Nietzsche)


22. Mau bukti apa saja ada

Hidup ini sifatnya plural dan dinamis. Kita dituntut untuk memiliki keyakinan-keyakinan tertentu tentang hidup. Uniknya, meskipun ada ribuan keyakinan yang mungkin saling bertentangan, setiap keyakinan memiliki argumen dan bukti.

Ternyata, jika ditelaah, bukti-bukti tersebut hadir tidak semata sesuai dengan fakta, tetapi juga dengan cara menyingkirkan fakta yang bertentangan dengan keyakinan tersebut. Itu sebabnya, yang radikal maupun yang liberal sama-sama bisa mencari dukungan dan pembenar dari kenyataan.

Gaya ini pula yang dijadikan sandaran para peramal.


Segala yang kita dengar adalah opini, bukan fakta. Segala yang kita lihat adalah perspektif, bukan kebenaran. (Marcus Aurelius) 


 23. Diam saja biar tidak disalahkan (omission bias)

Kalau ada perbuatan sama jahatnya, yang satu sifatnya pasif/tidak aktif dan satunya aktif, maka kita beranggapan bahwa yang sifatnya tidak aktif itulah yang lebih baik.

Omission bias tidak mudah dideteksi, karena pelakunya tidak melakukan apa-apa. 

Di dunia barat dikenal jargon unik "Kalau engkau bukan bagian dari solusi, pasti bagian dari masalah"

Pelaku omission bias ini menghindar untuk menjadi bagian dari solusi, berarti...

Kematian sejatinya bukan semalam tanpa makan, namun sehari tanpa berpikir.(Tan Malaka)


24. Endowment Effect

Seseorang akan merasa suatu barang bernilai lebih tinggi ketika barang itu adalah miliknya. Dia tidak mau merasa kehilangan (loss aversion). Hal ini kadang-kadang berdampak negatif, rasa takut rugi menyebabkan kita enggan untuk melangkah dan memperhitungkan sesuatu secara tidak realistik.

contoh: kolektor tanaman yg tidak mau menjualnya walau sudah ditawari harga tinggi, hingga di kemudian hari harga tanaman tersebut turun drastis.


25. Merebus Katak (ilusi kenormalan)

Manusia sering tidak sadar terhadap perubahan yang terjadi secara pelan dan bertahap, sebagaimana katak yang dimasukkan ke dalam air dingin yg direbus secara perlahan.  Sikatak diam karena nyaman, bahkan bisa terlelap karena kehangatan yg berubah perlahan, dianggap semua masih normal,sampai akhirnya mati. 

Manusia seringkali tidak mampu beraksi terhadap perubahan yang signifikan tetapi terjadi secara bertahap, pelan-pelan.  


26. Hati-hati dengan Pengecualian

Ada kecenderungan manusia  untuk menganggap apa yang terjadisesuai dengan teori, kepercayaan atau kesepakatan yang diyakini kebenarannya. Kemudian mengabaikan kondis yang tidak sesuai teori, padahal itu bukti ketidaksesuaian/kegagalan teori tersebut.


27. Pengetahuan sopir (yang menggantikan majikannya yg profesor sebagai pembicara)

Dalam keseharian, ada dua jenis orang yang berpengatuan:

1. Pengetahuan yang sebenarnya, diperoleh dengan cara belajar, sungguh-sungguh, dalam jangka waktu panjang.

2. Pengetahuan yang hanya sekedar tahu sekilas dan kemudian digunakan untuk kepentingan show. Penampilan menarik, bicara mantap, tapi tidak memahami apa yang dibicarakan, seolah membaca naskah.

Jenis orang dengan pengetahuan yang ke 2, sedang sesat dan berpotensi menyesatkan orang lain.

Ketidakmampuan kita mengetahui sesuatu bukan berarti sesuatu itu tidak ada. (Seyyed Hossein Nasr)


28. Self Selection Bias

Saat bernasib buruk, manusia sering terjebak pada anggapan bahwa nasib jelek itu khusus untuknya, padahal apa yang menimpa adalah suatu hal yang mungkin menimpa siapa saja.

Seperti halnya seorang yang sembuh dari sakit menyatakan betapa ajaibnya dia masih hidup.


29. Self Serving Bias

Banyak orang cenderung menganggap kalau kesuksesannya karena jerih payahnya, sementara kegagalan berasal dari faktor di luar dirinya. Pemikiran itu membuatnya nyaman, namun bisa menjebak orang menjadi tidak obyektif memahami dirinya sekaligus salah persepsi terhadap kenyataan yang ada.


30. Social Proof/ herd insting (insting kerumunan)

Seseorang merasa bahwa mereka melakukan sesuatu yang benar kalau yang dilakukannya sama seperti yang dilakukan oleh orang lain. Semakin banyak yang mengikuti ide itu, semakin ide itu dianggap benar. Social proof ini menjadi biak kerok munculnya problem-problem seperti "kepanikan pasar" "demo rusuh" "histeria massa" dll.

Pemanfaatan cara berpikir ini bisa untuk meniru penduduk lokal, saat kita ada di daerah asing.

Juga sering digunakan oleh industri periklanan, memperhatikan banyaknya review publik terhadap produk tertentu.

Selain itu juga untuk propaganda (politik).


Bukannya aku gila, hanya saja isi kepalaku berbeda dengan isi kepalamu. (Diogenes)


31. Sudah Telanjur Membayar

Problem sudah terlanjur membayar terjadi ketika kita sudah menginvestasikan waktu, biaya dan energi untuk sesuatu, namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Karena sudah terlanjur membayar, kita tidak ingin menghentikan usaha, meskipun akibatnya tambah merugikan.

Kadang-kadang hanya karena takut kehilangan muka.

Kasusnya mirip dengan orang yang sedang taruhan/berjudi. 


Manusia itu tidak suka berpikir, karena kalau orang berpikir, ia harus menyimpulkan dan kesimpulan itu tidak selalu menyenangkan. (Helen Keller)


32. Survivorship bias

Adalah orang yang sering over estimate terhadap kemungkinan dirinya akan sukses, karena melihat kesuksesan orang lain. Kita sering terjebak oleh ilusi dan menganggap bahwa kesuksesan yang bisa diraih orang lain pasti juga bisa diperoleh.

Harusnya kita sadari, dibalik munculnya seorang penulis terkenal, ditemukan ratusan penulis yang bukunya tidak laku, ada yang ditolak penerbit, tidak bisa menyelesaikan naskahnya, bahkan memulai menulis saja kesulitan.

Untuk tidak tertipu oleh hal ini, kita harus mampu mengenali dan menggali kapasitas sendiri.


33. Tak Ada Yang Gratis

Pedagang memberi diskon dengan syarat pembelian tertentu, hotel memberikan welcome drink, dll.

Jika diundang makan siang, jangan terlalu gembira, karena itu berarti setelah ini dia menunggu undanganmu untuk makan siang juga.

Jadi, ketika take and give berlangsung, ingatlah watak alami manusia secara umum: tidak ada orang yang mau rugi.

Aku berpikir, oleh karena itu aku akan berpikir. (Ayn Rand)


CATATAN:

* Buku di baca, Maret 2021.

* Tulisan ini sekedar catatan pribadi, untuk dibaca dan dipahami, semoga bermanfaat.

* Disarankan tidak copy paste sebagian atau seluruh tulisan ini untuk referensi atau publish.

* Untuk dijadikan referensi, sebaiknya membaca bukunya langsung, bisa didapatkan di market place.

 

 

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 5)

  Kumpulan Dzikir Asma’ul Husna Yang Berkaitan Dengan Sifat ALLAH YANG MAHA PENCIPTA Rahasia Asma'ul Husna (Bag.1)  Rahasia Asma...