Mengenal Allah melalui Asma'ul Husna.
Belajar dari buku Rahasia Asma'ul Husna hasil karya Imam Al Qurthubi (terjemah/1139 halaman).
(Makna yang terkandung dalam Asma.ul Husna)
(Baca buku: 4 Februari 2021 sd 1 Maret 2021)
HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TEMA:
1. Perintah untuk melakukan ibadah yang ikhlas.
...hanya milik Allah Asma'ul Husna itu. Maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut Asma'ul Husna. (QS. Al A'raf: 180).
2. 99 Asma'ul Husna disebutkan dalam hadits, tetapi tidak dalam Al-Qur'an.
"Sesungguhnya Allah memiliki 99 Asma'ul Husna (seratus kurang satu), barangsiapa menghitung (menghafalnya) maka dia akan masuk surga." (HR. Bukhori/Mus;im/Tirmidzi).
3. Untuk melaksanakan point 1 dan 2, maka diwajibkan untuk mencari ilmu tentang asma'ul husna dan memahaminya.
4. Menghitung (2) yang dimaksud akan mendapatkan surga meliputi: menghitung (untuk berdzikir)+ menghafal + memahami + mengamalkan makna yang tersirat dalam asma'ul husna.
5. Penjelasan tentang masuk surga (2): pada prinsipnya Allah Swt memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dia membalas banyak/sedikitnya amal dengan imbalan pahala tanpa batas.
6. Pendapat mayoritas ulama: asma Allah digolongkan dalam 4 kelompok:
* Yang menunjukkan nama pelaku
* Yang menunjukkan dzat dan sifat
* Yang menunjukkan dzat dan makna selainnya
* Yang bersifat menolak segala sesuatu yang tidak layak bagi Allah.
7. Jumhur ulama melarang pintu masuk bagi metode qiyas dalam menentukan asma'ul husna. Hanya berdasarkan nash yang jelas.
8. Ada perbedaan pendapat tentang berapa jumlah yang sebenarnya dari asma'ul husna. Wallahu a'lam. Hadit (2) mengisyaratkan 99 asma'ul husna yang untuk berdzikir dan berdoa.
9. Nama-nama yang boleh digunakan sebagai asma'ul husna terbagi:
* Yang boleh digunakan untuk memanjatkan doa (99)
* Yang tidak boleh digunakan untuk memanjatkan doa (selain (2))
10. Mayoritas ulama berpendapat:
a. Tidak boleh menyebut asma dan sifat Allah yang di dalamnya mengandung kejahatan yang dilakukan makhluk-Nya.
b. Tidak menyebut Allah dengan nama Mushalli ( yang bersholawat) dengan dalil QS. 33: 43
{ هُوَ ٱلَّذِي يُصَلِّي عَلَيۡكُمۡ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخۡرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِۚ وَكَانَ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَحِيمٗا }
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
c. Tidak mensifati Allah dengan Ash-Shaim (Yang Berpuasa) karena Allah tidak pernah makan dan minum.
d. Tidak boleh mensifatinya dengan Syai'un (yang berkehendak), Al-Qashid (Yang mempunyai maksud) karena sudah cukup dalam Al Iradah (kehendak).
e. Tidak disifati dengan "arif (yang arif) dan dzakir (yang ingat), cukuplah dengan Al 'Alim (Yang Maha Mengetahui)
f. Tidak dengan nama yang mengandung makna gerak. dsb.
Kesimpulannya: Tidak boleh menamai dan mensifati Allah Swt. kecuali dengan nama dan sifat yang telah ditentukan sendiri oleh Allah, Rasul dan yang telah disepakati mayoritas ulama.
11. Seringkali ada dua isim yang mengandung satu makna, maka satu isim tidak boleh digunakan untuk menamai sifat Allah, sedang isim lainnya boleh digunakan (ada nashnya).
12. Tidak boleh menamai Allah dengan dalil sebab betentangan dengan sifat qadariah.
13. Tidak boleh menamai dengan Iimaanan, karena Allah mensifati diri-Nya dengan Mu'min dan Muhaimin.
14. Tiak dengan Muthi' (Yang Maha Patuh) juga Muhbil (yang menghamili) karena itu mustahil bagi Allah.
15. Dalam mensifati "Dia menciptakan segala sesuatu" (6:101) yang universal, tidak boleh menyebutkan obyeknya secara parsial, misalnya; monyet, pisang, dll.
16. Tidak mensifati Allah dengan Al-Asyiq (yang rindu membara)
17. Tidak melafalkan dzikir kepada Allah dengan makna yang mengandung makna perempuan, juga kata Ad-Dzat".
18. Tidak mensifati dengan Dza'iq ( yang maha merasakan). Allah tidak membutuhkan indra, tidak perlu menyentuh obyek secara langsung, karena itu sifat makhluk.
19. Orang yang tidak alim (bukan ulama) tidak diperkenankan menjadikan suatu sifat bagi Tuhan dengan sifat-sifat yang tidak halal/sah bagi-Nya, sebab dia tidak memahami hakikatnya. Kecuali yang disebutkan Al Qur'an dan Hadits.
20. Allah Swt. berbeda dengan semua makhluk ciptaan-Nya dengan perbedaan yang mutlak. Allah tidak sulit menjalin komunikasi dengan makhluk-Nya, sesuai kehendak-Nya. Allah menentukan secara baku asma dan sifat-Nya, yang tidak boleh dilafalkan oleh makhluk-Nya, kecuali asma dan sifat yang telah diizinkan-Nya.
21. (tidak ada no 21)
22. Allah disifati الخلق (Maha Pencipta) sejak zaman azali, walaupun saat itu belum menciptakan apapun.
23. Nama-nama Allah melekat pada-Nya, maka ia tidak ada pada yang selainnya.
24. Kata asma ( اسم) berasal dari kata ussumuwwu (اسمؤ) yang berarti tinggi, karena nama meninggikan yang diberi nama.
25. Sifat-sifat dzat bukan merupakan sifat yang variatif/terpilih. Sifat itu menyatu dengan dzat.
26. Satu nama terkadang mempunyai bayak pemahaman. Namun tidak perlu diperdebatkan, bahwa dalam nama-nama Allah yang baik, tidak ada sinonim dan setiap nama mempunyai pemahaman khususu.
27. Setiap nama menunjukkan satu sifat yang ditunjukkan oleh satu diantara berbagai segi kebutuhan.
28. Alasan penamaan Allah dengan asma'ul husna: Allah Swt. memuji diri-Nya dengan sesuatu yang menjadi hak dan sifat-Nya yang berupa sifat keagungan dan kesempurnaan.
29. "Apabila and sudah tahu yang bagus dari nama-nama Allah Swt, maka anda harus tahu yang bagus dari nama anda," Ibnul Arabi.Itu sebabnya salah satu hak anak dari orang tuanya adalah memberi nama yang baik.
30. Yang termasuk mengingkari nama-nama-Nya (7:180):
- Membuat perubahan -----> menamakan berhala dengan-Nya.
- Menambah/membuat nama baru-----> menyerupakan.
- Mengurangi sebagian nama-nama Allah -----> jangan berdoa kecuali dengan yang ada di dalam AL Qur'an dan kitab yang lima; Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, An Nasai (Ibnul Arabi)
31. Ada beberapa hadits yang menyeburkan 99 asma'ul husna, tetapi ada beberapa perbedaan, sehingga jika digabungkan, akan lebih dari 99. Terkait dengan (2) menghafal/menjaga 99, tanpa disebutkan apa saja.
32. Asma'ul Husna ada yang disebut dalam Al Qur'an, ada yang dalam hadits. Berapa jumlahnya, terjadi perbedaan pendapat di kalangann ulama:
Abu Abdullah Az Zahabi: 113 (AQ)
Ibnul Arabi: 267 (AQ + H)
Abu Bakar bin Bajan: 130
Imam Al Qurthubi: 146
33. Ali bin Hazm menyatakan, ada 80 nama yang benar tercakup dalam AQ dan Hadit-hadits shahih, hal itu karena dia sulit menyandarkannya/sanadnya.
34. Cakupan "menjaga" Asma'ul Husna:
* Menghitung (72:28)
* Paham
* Mampu mengamalkan
* Menggali dan mempelajarinya
* Menjaga AQ hingga khatam.
35. Menurut ahli fuhum dan isyarat (sufi)---(tidak ada dasar syari'atnya):
99 AH yang terdapat dalam hadits shahih merupakan nama-nama lahir, menghafalnya bernilai ibadah. Darinya (99) ada satu nama yang khusus diketahui oleh para nabi dan para wali. ada satu nama yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Setelah mengetahui nama-nama lahir, ia akan mengetahu nama-nama bathin (yang tersimpan dalam salah satu huruf AQ (ada 14), misalnya Ha Mim). Berikutnya Allah akan menganugerahinya nama Al A'zham, yang jika diucapkan sebagai doa, Allah pasti kabulkan. 99 nama lahir terangkum dalam Hu Wa
36. Ibnul Hashshar: Akhir wujud perbuatan Allah adalah 99 segi. Setiap segi berkaitan dengan satu di antara beberapa sifat Allah, seperti keterkaitan keahlian dengan ilmu Allah, keistimewaan dengan kehendak Allah, dsb.
37. Kemampuan akal untuk menjelaskan sifat-sifat Allah secara detail sangat terbatas, karenanya tidak ada jalan lain kecuali cenderung dan berpegang pada hadits shohih yang menjelaskannya.
38. Ibnul Hashshar: Sifat wajib bagi Allah di antara sifat-sifat-Nya tidak bisa dijumlahkan dengan angka, dicakup dengan pembatas, di capai dengan ungkapan atau dipatoki dengan isyarat.
Ibnul Arabi: Allah Swt tidak memiliki satu nama atau sifat kecuali diperlihatkan kepada rasul-Nya.
39. Ibnul Arabi: Nama-nama Allah ada 4 macam:
* Nama yang tidak boleh disematkan pada hamba sama sekali (cth. Ar Rahman)
* Nama yang wajib menjadi sifat Allah danboleh menjadi sifat hamba (cth. Al Alim)
* Nama yang benar dalam hak Allah dan salah dalam hak hamba (cth. Al Jabbar)
* Nama ang boleh disematkan pada Allah dan pada hamba (cth. Al Khaliq), namun beda dalamkadar maknanya.
40. Cara ulama dalam menyusun nama-nama Allah berbeda dalam hal: sumber yang diambil, cara memilah/menyusun, dll.
Al Hakim Abu Abdillah Al Husain bin Al Hasan Al Halimi: arti nama-nama Allah terbagi menjadi 5 bagian:
1. Penetapan Allah Swt agar tidak terjerumus ke dalam ta'thil (mengosongkan dan meninggalkan---> mengingkari nama-nama dan sifat Allah yang telah ALlah tetapkan untuk dirinya.
2. Penetapan keesaan Allah agar terhindar dari kemusyrikan.
3. Penetapan bahwa Allah bukan Jauhar atau sifat agar terhindar dari tasybih (penyerupaan).
4. Penetapan bahwa wujud setiap sesuatu selain Allah berasal dari pengadaan dan penciptaan Allah.
5. Penetapan bahwa Allah mengatur apa yang Dia adakan.
Bersambung ke
Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 2)
Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 3)
Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 4)
Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar