3 ayat terakhir surat Al-Baqoroh merupakan salah satu
wirid yang dianjurkan untuk dibaca pagi dan sore hari, juga di beberapa
kesempatan.
Biasanya, ayat-ayat yang untuk wiridan memiliki makna
yang mengingatkan. Dan kita akan tahu apa peringatan itu kalau memahami
maknanya.
Salah satunya ayat 284.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
لِلّٰهِ مَا
فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ
اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ
وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ - ٢٨٤
Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu.
Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki.
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Mentadaburi
ayat ini, saya merasa gelisah di kalimat tengahnya:
… Jika kamu nyatakan apa yang
ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya
(tentang perbuatan itu) bagimu…
Apakah
itu berarti apa yang ada dalam hati, sesuatu yang sedang dipikirkan, juga akan
diperhitungkan? Bukankah sesuatu yang terbersit seringkali muncul tanpa
dikehendaki, tiba-tiba terpikirkan, entah karena melihat sesuatu, mendengar
sesuatu atau muncul begitu saja?
Saya
khawatir, karena jujur mengakui bahwa pikiran ini sering kali liar. Ingin
menelisik lebih dalam saat memikirkan suatu hal. Bagaimana tidak takut sedang
pikiran ini sepertinya tidak pernah berhenti bekerja?
Kegelisahan
ini menggerakkan saya untuk mencari tahu makna kandungan ayat ini dari para
ulama yang berkompeten menafsirkannya.
GUS
BAHA, tafsir Jalalain, youtube
Rasulullah
Saw sangat membanggakan 3 ayat dalam Al-Qur’an, yaitu surat Al-Fatihah, ayat
kursi dan akhir surat Al Baqoroh. Ketiganya adalah ayat-ayat kalimah thoyibah,
yang akan terus berlaku di dunia atau di akhirat. Di dunia untuk berdzikir,
wiridan, di akhiratpun tetap berdzikir. Karena tuhan yang sekarang sama dengan tuhan di akherat nanti. Bukan ayat
sosial yang keberlakuannya akan selesai saat dunia selesai.
Ulama
membagi ayat-ayat kepada dua golongan, yaitu ayat-ayat fadhilah/thoyibah yang
abadi, yang membicarakan tentang sifat-sifat Allah. Ayat-ayat ini yang
dijadikan wiridan.
Yang
kedua ayat-ayat sosial, yang berlaku di dunia dan akan habis saat kiamat,
seperti zakat, sedekah, menikah, poligami, rajam, dsb.
Berkaitan dengan hal yang menggelisahkan di atas, dijelaskan
bahwa nanti di akherat Allah akan membuka semua tutup-tutup yang menyembunyikan
isi hati. Semua niat-niat yang melatarbelakangi sebuah amal akan tersingkap.
Taat kepada Allah ada dua jenis, melaksanakan perintah dan
meninggalkan larangan. Ibadah dengan jalan meninggalkan larangan, sangat terkait
dengan bersitan hati. Bagaimana manusia menahan diri dari melakukan hal-hal
larangan yang diinginkan nafsunya.
Apakah tetap istiqomah ibadah saat di komunitas awam
sebagaimana di komunitas orang-orang sholih?
Apakah tetap cinta Al-Qur’an saat di lingkungan yang jauh
dari qur’an sebagaimana saat di komunitas hafidz qur’an?
Hal-hal inilah yang akan tersingkap di hadapan Allah dan
mempengaruhi penilaian catatan amalnya.
TAFSIR IBNU KATSIR
“Seseungguhnya Allah mengampuni semua bisikan hati yang
menimpa umatku selama mereka belum mengucapkan atau mengamalkannya.” (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmizi, An-Nasai, Ibnu Majah)
“Allah Swt. berfirman (kepada malaikat),’Apabila hamba-Ku
berniat untuk melakukan suatu perbuatan buruk, maka janganlah dulu kalian catat
satu dosa untuknya. Jika dia sudah melakukannya baru catat satu perbuatan buruk
untuknya. Dan jika ia berkeinginan melakukan satu amal kebajikan, catatlah satu
pahala untuknya meski ia belum melakukannya. Dan bila ia benar-benar melakukannya,
maka catatlah sepuluh pahala untuknya.’” (HR. Bukhari n Muslim)
Jadi, apa yang bisa kita simpulkan dari ketiga referensi tersebut?
1.
Dua syarat diterima ibadah ikhlash
karena Allah dan mengikuti tuntunan Nabi Saw.
2.
“Sesungguhnya setiap amalan
tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan…”(HR.
Bukhari n Musim)
3.
Ikhlash dan niat adalah
amalan hati.
4.
Bagaimanapun, kita harus
selalu berusaha menjaga hati dari niat yang buruk, apalagi melaksanakannya.