Selasa, 29 Desember 2020

Tadabbur QS. Al-Baqoroh 284


 

3 ayat terakhir surat Al-Baqoroh merupakan salah satu wirid yang dianjurkan untuk dibaca pagi dan sore hari, juga di beberapa kesempatan.

Biasanya, ayat-ayat yang untuk wiridan memiliki makna yang mengingatkan. Dan kita akan tahu apa peringatan itu kalau memahami maknanya.

Salah satunya ayat 284.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ - ٢٨٤

Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

 

Mentadaburi ayat ini, saya merasa gelisah di kalimat tengahnya:

Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu…

Apakah itu berarti apa yang ada dalam hati, sesuatu yang sedang dipikirkan, juga akan diperhitungkan? Bukankah sesuatu yang terbersit seringkali muncul tanpa dikehendaki, tiba-tiba terpikirkan, entah karena melihat sesuatu, mendengar sesuatu atau muncul begitu saja?

Saya khawatir, karena jujur mengakui bahwa pikiran ini sering kali liar. Ingin menelisik lebih dalam saat memikirkan suatu hal. Bagaimana tidak takut sedang pikiran ini sepertinya tidak pernah berhenti bekerja?

Kegelisahan ini menggerakkan saya untuk mencari tahu makna kandungan ayat ini dari para ulama yang berkompeten menafsirkannya.

 

GUS BAHA, tafsir Jalalain, youtube

Rasulullah Saw sangat membanggakan 3 ayat dalam Al-Qur’an, yaitu surat Al-Fatihah, ayat kursi dan akhir surat Al Baqoroh. Ketiganya adalah ayat-ayat kalimah thoyibah, yang akan terus berlaku di dunia atau di akhirat. Di dunia untuk berdzikir, wiridan, di akhiratpun tetap berdzikir. Karena tuhan yang sekarang  sama dengan tuhan di akherat nanti. Bukan ayat sosial yang keberlakuannya akan selesai saat dunia selesai.

Ulama membagi ayat-ayat kepada dua golongan, yaitu ayat-ayat fadhilah/thoyibah yang abadi, yang membicarakan tentang sifat-sifat Allah. Ayat-ayat ini yang dijadikan wiridan.

Yang kedua ayat-ayat sosial, yang berlaku di dunia dan akan habis saat kiamat, seperti zakat, sedekah, menikah, poligami, rajam, dsb.

Berkaitan dengan hal yang menggelisahkan di atas, dijelaskan bahwa nanti di akherat Allah akan membuka semua tutup-tutup yang menyembunyikan isi hati. Semua niat-niat yang melatarbelakangi sebuah amal akan tersingkap.

Taat kepada Allah ada dua jenis, melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Ibadah dengan jalan meninggalkan larangan, sangat terkait dengan bersitan hati. Bagaimana manusia menahan diri dari melakukan hal-hal larangan yang diinginkan nafsunya.

Apakah tetap istiqomah ibadah saat di komunitas awam sebagaimana di komunitas orang-orang sholih?

Apakah tetap cinta Al-Qur’an saat di lingkungan yang jauh dari qur’an sebagaimana saat di komunitas hafidz qur’an?

Hal-hal inilah yang akan tersingkap di hadapan Allah dan mempengaruhi penilaian catatan amalnya.

 

TAFSIR IBNU KATSIR

“Seseungguhnya Allah mengampuni semua bisikan hati yang menimpa umatku selama mereka belum mengucapkan atau mengamalkannya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmizi, An-Nasai, Ibnu Majah)

“Allah Swt. berfirman (kepada malaikat),’Apabila hamba-Ku berniat untuk melakukan suatu perbuatan buruk, maka janganlah dulu kalian catat satu dosa untuknya. Jika dia sudah melakukannya baru catat satu perbuatan buruk untuknya. Dan jika ia berkeinginan melakukan satu amal kebajikan, catatlah satu pahala untuknya meski ia belum melakukannya. Dan bila ia benar-benar melakukannya, maka catatlah sepuluh pahala untuknya.’” (HR. Bukhari n Muslim)

 

Jadi, apa yang bisa kita simpulkan dari ketiga referensi tersebut?

1.       Dua syarat diterima ibadah ikhlash karena Allah dan mengikuti tuntunan Nabi Saw.

2.       “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan…”(HR. Bukhari n Musim)

3.       Ikhlash dan niat adalah amalan hati.

4.       Bagaimanapun, kita harus selalu berusaha menjaga hati dari niat yang buruk, apalagi melaksanakannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rahasia Asma'ul Husna (Bag. 5)

  Kumpulan Dzikir Asma’ul Husna Yang Berkaitan Dengan Sifat ALLAH YANG MAHA PENCIPTA Rahasia Asma'ul Husna (Bag.1)  Rahasia Asma...